BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pernahkah anda
menyaksikan permainan billiard.pada permainan billiard pemain biasanya berusaha
memasukkan bola bilyard kedalam lubang .pemain juga sering menabrakkan bola
yang satu dengan yang lain agar semua
bola dapat dimasukkan kedalam lubang dengan menggunakan tongkat.sebagai
contoh, Bola yang menjadi target biasanya diam. Jika anda perhatikan secara
cermat, kecepatan bola biliard yang disodok menuju bola biliard target menjadi
berkurang setelah kedua bola biliard bertumbukan. Sebaliknya, setelah
bertumbukan, bola biliard yang pada mulanya diam menjadi bergerak .
Selain
itu coba lakukan percobaan berikut. Letakkan sebuah kelereng pada permukaan
lantai yang datar. Setelah itu, tembakkan kelereng yang diam tersebut
menggunakan kelereng lainnya dari jarak tertentu. Jika meleset, ulangi sampai
kedua kelereng bertumbukan. Amati secara saksama kecepatan gerak kelereng
tersebut. Setelah kedua kelereng bertumbukan, kelereng yang pada mulanya diam (tidak
memiliki momentum) pasti bergerak (memiliki momentum).
Sebaliknya, kelereng yang anda kutik tadi pasti kecepatannya berkurang
setelah tumbukan (momentumnya berkurang). Dengan demikian kita bisa
mengatakan bahwa momentum kelereng yang dikutik berkurang karena sebagian
momentumnya berpindah ke kelereng target yang pada mulanya diam.
Untuk
lebih memahami kejadian maupun percobaan
di atas maka kita akan mempelajarinya melalui hukum maupun rumus
dalam fisika khususnya mengenai hukum
kekekalan momentum linear dan tumbukan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah hukum
kekekalan momentum linier ?
2.
Bagaimanakah
pengertian tumbukan ?
3.
Bagaimanakah
tumbukan lenting dan tidak lenting pada satu dimensi ?
4.
Bagaimanakah
tumbukan pada dua atau tiga dimensi ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hukum Kekekalan Momentum Linier.
Pada sebuah
tumbukan selalu melibatkan paling sedikit dua buah benda. Misal bola biliar A
dan B. Sesaat sebelum tumbukan bola A, bergerak mendatar ke kanan dengan
momentum mAvA, dan
bola B bergerak kekiri dengan momentum mBvB
mAvA mBvB
mAv’A mBv’B
Gambar Tumbukan
dua buah benda.
Keterangan :
mA = Massa benda A (kg)
mB = Massa benda B (kg)
vA = Kecepatan benda A sebelum tumbukan (m/s)
vB = Kecepatan benda B Sebelum tumbukan (m/s)
v’A = Kecepatan benda A Setelah tumbukan (m/s)
v’B = Kecepatan benda B setelah tumbukan (m/s)
Jika dinyatakan
dalam momentum,
mAvA = Momentum benda A sebelum tumbukan.
mAv’A = Momentum benda A setelah tumbukan.
mBvB = Momentum benda B sebelum tumbukan.
mBv’B = Momentum benda B setelah tumbukan.
Momentum sebelum tumbukan :
P = (Persamaan 1)
Momentum
sesudah tumbukan :
P’ = (Persamaan
2)
Sesuai dengan hukum
kekelan energi maka pada momentum juga berlaku hukum kekekalan dimana momentum
benda sebelum dan sesudah tumbukan sama. Oleh karena itu dapat diambil
kesimpulan bahwa Pada peristiwa tumbukan, jumlah momentum benda-benda sebelum
dan sesudah tumbukan tetap asalkan tidak ada gaya luar yang bekerja pada
benda-benda tersebut. Pernyataan ini
yang dikenal sebagai Hukum Kekekalan
Momentum Linier. Interaksi antara
dua benda, misalnya pada peristiwa tumbukan, ledakan, peluru yang ditembakkan
dari senapan, orang melompat dari perahu, orang bersepatu roda sambil melempar
benda, dan sebagainya , berlaku hukum kekekalan momentum.
Secara matematis untuk dua benda yang bertumbukan dapat
dituliskan sebagai berikut :
P = P’
atau (Persamaan
3)
Keterangan :
pA, pB = momentum benda A dan B sebelum tumbukan.
pAI, pBI = momentum benda A dan B sesudah tumbukan.
perlu diingat bahwa penjumlahan di atas adalah penjumlahan vektor.
Menurunkan hukum kekekalan momentum dengan menggunakan
Hukum Newton III.
Perhatikan gambar berikut :
FAB FBA
Pada tumbukan dua buah benda selama benda A dan B
saling kontak maka benda B mengerjakan gaya pada bola A sebesar FAB .
Sebagai reaksi bola A menegrjakan gaya pada bola B sebesar FBA.
Kedua gaya sama besar tapi berlawanan arah.dan sama besar (Hukum Newton III).
Secara matematis dapat ditulis
FAB = -FBA
Kedua gaya ini terjadi dalam waktu yang cukup singkat
yaitu Δt. Bila
kedua ruas dikali dengan Δt akan diperoleh
FAB Δt = -FBA Δt (Persamaan
4)
Ruas kiri dan kanan merupakan besaran Impuls gaya.
IB = - IA
ΔpB = -ΔpA
(pBI – pB ) = -(pAI – pA)
mB vBI + mB vB = mA vAI + mA vA
mA vA + mB vB = mA vAI + mB vBI
pA + pB = pAI + pBI
Jumlah momentum benda-benda sebelum dan susudah tumbukan
sama. Pernyataan ini dikenal sebagai Hukum kekekalan Momentum Linear.
2.2 Tumbukan.
Tumbukan adalah
pertemuan dua benda yang relatif bergerak. Pada setiap jenis tumbukan berlaku
hukum kekekalan momentum tetapi tidak selalu berlaku hukum kekekalan energi
mekanik. Sebab disini sebagian energi mungkin diubah menjadi panas akibat tumbukan
atau terjadi perubahan bentuk.
Dalam kehidupan
sehari-hari, kita biasa menyaksikan benda-benda saling bertumbukan. Banyak
kecelakaan yang terjadi di jalan raya sebagiannya disebabkan karena tabrakan
(tumbukan) antara dua kendaraan, baik antara sepeda motor dengan sepeda motor,
mobil dengan mobil maupun antara sepeda motor dengan mobil. Demikian juga
dengan kereta api atau kendaraan lainnya. Hidup kita tidak terlepas dari adanya
tumbukan. Ketika bola sepak ditendang David Beckham, pada saat itu juga terjadi
tumbukan antara bola sepak dengan kaki David
Beckham. Tanpa
tumbukan, permainan billiard tidak akan pernah ada. Demikian juga dengan
permainan kelereng kesukaan kita
ketika masih kecil. Masih banyak contoh lainnya yang dapat anda temui dalam
kehidupan sehari-hari. Pada
pembahasan mengenai momentum dan impuls, kita telah meninjau hubungan antara
momentum benda dengan peristiwa tumbukan. Hukum Kekekalan Momentum yang telah
diulas sebelumnya juga selalu ditinjau ketika dua benda saling bertumbukan.
Pada kesempatan ini kita akan mempelajari peristiwa tumbukan secara lebih
mendalam dan mencoba melihat hukum-hukum fisika apa saja yang berlaku ketika
benda-benda saling bertumbukan
2.3 Tumbukan
Pada Satu Dimensi.
2.3.1 Tumbukan
Lenting Sempurna
Seorang
pemain biliar memukul bola putih secara perlahan tanpa memberi efek putaran
menuju bola merah yang diam. Bola putih kemudian menumbuk bola merah. Sesaat sefflidah tumbukan kita amati bola
putih menjadi diam dan bola merah bergerak dengan kecepatan hampir sama dengan
kecepatan datangnya bola putih.
Peristiwa tumbukan antara bola
putih (diberi indeks 1) dan bola merah (diberi indeks 2). Asalkan gaya luar
yang bekeija pada sistem dapat kita abaikan, maka kekekalan momentum berlaku
pada tumbukan ini. Karena merah diam sebelum tumbukan dan bola putih (bola 1)
diam sesudah tumbukan, sedangkan massa kedua bola sama, maka kecepatan bola 2
sesudah tumbukan pastilah sama dengan kecepatan bola 1 sebelum tumbukan, yaitu v. Dalam kasus tumbukan ini seakan-akan
momentum bola 1 dialihkan seluruhnya ke momentum bola 2. Bagaimana dengan
energi kinetiknya? Energi kinetik sebelum tumbukan, yaitu energi kinetik bola
1,, ternyata juga sama dengan energi kinetik
sesudah tumbukan, yaitu energi kinetik
bola 2, . Jadi,
dalam kasus tumbukan ini seakan-akan energi kinetik bola 1 juga dialihkan
seluruhnya ke energi kinetik bola
2.
Perhatikan
dua benda bermassa m1 dan m2 yang sedang bergerak saling mendekat
dengan kecepatan v1 dan v2 sepanjang suatu garis lurus. Keduanya
bertumbukan lenting sempuma
dan kecepatan
masing-masing sesudah tumbukan
adalah v,' dan v2'.
Perhatikan, kecepatan dapat positif
atau negatif
bergantung pada apakah benda-benda bergerak ke kanan atau ke kiri. Hukum
kekekalan momentum dapar dirumuskan :
(
Persamaan 5)
Persamaan tersebut memberikan
hubungan antara kedua kecepatan dan v2'
yang tak diketahui (diandaikan kecepatan sebelum tumbukan v1, dan v2
diketahui). Untuk menemukan kecepatan yang tak diketahui ini, kita memerlukan
satu buah persamaan lagi yang menghubungkan dan
Untuk
tumbukan lenting sempuma berlaku hukum energi kinetik, yaitu energi kinetik
sistem sesaat sebelum dan sesudah tumbukan sama besarnya.
(Persamaan 6)
Persamaan
(5) dan (6) cukup untuk menentukkan kecepatan dan .
Namun
bentuk kuadratik pada persamaan (6) memberikan kesulitan
aljabar dalam penghitungan. Untuk menghindari kesulitan aljabar, kita dapat
menggabungkan persamaan (6) dan persamaan (5) untuk memperoleh persamaan liniear. Kita peroleh persamaan (5) menjadi :
(Persamaan 7)
dan persamaan (6) menjadi
Sesuai
pemfaktoran , maka
(Persamaan 8)
Kita
bagi persamaan (8) dengan
persamaan (7) maka kita peroleh
Untuk
memudahkan menghafal rumus kita gunakan notasi delta (∆), dimana dan ,
sehingga kita peroleh persamaan berikut:
( Persamaan 9)
, adalah
kecepatan relatif benda 2 dilihat oleh
benda 1 sesaat sebelum tumbukan, sedang adalah kecepatan relatif benda 2 dilihat oleh benda 1sesaat benda
tumbukan. Jadi, persamaan diatas dapat kita nyatakan sebagai berikut:
Untuk
tumbukan lenting sempurna kecepatan relatif sesaat sesudah tumbukan sama dengan
minus kecepatan relatif sesaat sebelum tumbukan.
2.3.2 Tumbukan Lenting Sebagian
Pada jenis tumbukan
ini berlaku Hukum kekekalan momentum dan tidak berlaku hukum kekekalan energi
kinetik karena terjadi perubahan Ek. koefisien restitusi e adalah
pecahan.( 0 < e <
1)
Persamaan hukum
kekekalan momentum
Tidak berlaku hukum kekekalan energi, berarti ada energi
kinetik yang hilang selama proses tumbukan sebesar .
(Persamaan 10)
2.3.3 Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali
segumpal
tanah liat yang masih lembek (atau dapat kita ganti dengan segumpal plastisin)
kita lemparkan dalam arah mendatar menuju sebuah bola biliar yang diam di atas
lantai licin. Kita amati gumpalan tanah liat menubruk sentral bola biliar dan
sesaat sudah tumbukan, tanah liat menempel pada bola biliar dan keduanya
kemudian bergerak bersama dengan kecepatan sama. Ini adalah contoh dari
tumbukan tidak lenting sama sekali. Seperti telah kita nyatakan bahwa pada jenis tumbukan tidak lenting sama
sekali, sesaat setelah tumbukan kedua benda bersatu dan bergerak bersama dengan
kecepatan yang sama. Contoh khas dari tumbukan tidak lenting sama sekali adalah
pada ayunan balistik dimana peluru tertanam pada sebuah balok, dan keduanya
kemudain mengalami suatu gerak ayunan.
Suatu
aplikasi praktis dari tumbukan tidak lening sama sekali digunakan untuk
mendeteksi glaukoma, suatu penyakit mata dimana tekanan di dalam mata bertambah
dan megarah pada kebutaan karena tekanan ini merusak sel-sel retina. Dalam
aplikasi ini, dokter mata menggunakan suatu alat yang disebut tonometer untuk
mengukur tekanan di dalam mata. Alat ini melepaskan suatu tiupan terhadap
permukaan luar mata dan mengukur kelajuan udara sep permukaan luar mata dan
mengukur kelajuan udara setelah dipantulkan oleh mata. Pada tekanan normal,
mata agak seperti spons, dan pulsa dipantulkan pada kelajuan rendahtelah
dipantulkan oleh mata. Pada tekanan normal, mata agak seperti spons, dan pulsa
dipantulkan pada kelajuan rendah. Begitu tekan di dalam mata meningkat,
permukaan luar mata menjadi lebih kaku, dan kelajuan pantulan meningkat. Jadi,
kelajuan pantulan tiupan digunakan mengukur tekanan di dalam mata.
Karena
pada tumbukan tidak lenting sama sekali kedua benda bersatu sesudah tumbukan,
maka berlaku hubungan kecepatan sesudah tumbukan sebagai berikut : (Persamaan 11)
Dengan demikian kita dapatkan persamaan sebagai
berikut:
(Persamaan 12)
Untuk kasus tumbukan khsus dimana salah satu
bendanya mula-mula diam, kita bisa memperoleh hubungan rasio antara energi
kinetik akhir sistem dan energi kinetik awal sistem yang sudah dihafal.
Hubungan ini dapat kita peroleh dengan menuliskan energi kinetik dalam bentuk
momentum.
Misalkan benda yang datang bermassa m1 dengan
kecepatan v1 dan benda kedua yang diam bermassa m2. Momentum
awal sistem kedua benda adalah sebagai berikut :
(*)
sebab v2 = 0
energi kinetik awal sistem
Substitusi (*) ke persamaan di atas, kita
peroleh
(Persamaan 13)
Setelah tumbukan, kedua benda bersatu dan
bergerak dengan kecepatan v’. Momentum akhir sistem kedua benda adalah
(**) karena p
Energi kinetik akhir sistem tersebut adalah
Subtitusi (**) ke persamaan diatas, kita
peroleh
(Persamaan 14)
Dari perbandingan persamaan (*) dan persamaan
(**), jelas bahwa energi akhir lebih kecil dari pada energi awal. Rasio antara energi
kinetik akhir dan awal sistem adalah
(Persamaan 15)
2.3.4 Koefisien Restitusi
Tumbukan lenting sempurna dan tumbukan tidak lenting sama sekali
adalah dua kasus yang ekstrem. Pada umumnya sebagian besar tumbukan berada di
antara kedua ekstrem ini. Tumbukan ini disebut tumbukan lenting sebagian .
sebagai contoh, bola tenis atau bola kasti yang di lepas dari ketinggian di atas pantai akan terpental setinggi , dimana selalu lebih kecil dari .untuk menjelaskan jenis tumbukan lenting sebagian,
kita perlu mengenal koefisien restitusi dahulu.
Sewaktu
membahas tumbukan lenting sempurna, kita peroleh
atau
Rasio inilah yang didefinisikan sebagai koefisien restitusi.
Koefisien
restitusi (diberi lambang e) adalah negatif perbandingan antara kecepatan
relatif sesaat sesudah tumbukan dngan kecepatan relatif sesaat sebelum
tumbukan.
Nilai koefisien restitusi adalah terbatas,
yaitu antara nol dan satu (0 ≤ e ≤ 1). Untuk tumbukan lenting sempurna jelas
bahwa
Untuk tumbukan tidak lenting sama sekali
sebab
Seperti
telah disebutkan bahwa sebagian besar tumbukan adalah tumbukan lenting
sebagian, yaitu tumbukan yang berada di antara dua keadaan ekstrem tumbukan lenting sempurna dan tumbkan tidak
lenting sama sekali. Jelaslah bahwa pada tumbukan lenting sebagian, koefisien
restitusinya adalah 0 < e < 1, misalnya dan e = 0,6.
2.4 Tumbukan pada Dua atau Tiga Dimensi
Kekekalan
momentum dan energi juga bisa diterapkan pada tumbukan dua atau tiga dimensi,
dan sifat vektor momentum sangat penting. Satu tipe umum dari tumbukan yang
tidak berhadapan adalah dimana sebuah partikel yang bergerak (proyektil)
menabrak partikel dua yang diam (partikel “target”). Ini merupakan sistem umum
pada permainan seperti bilyard, dan untuk eksperimen pada fisika atom dan
nuklir (proyektil, dari pancaran radioaktif atau akselerator energi-tinggi,
menabrak inti target yang stasioner).
Gambar 1 :
y
m1
p’1
m1 0’1
x
p1
m2 0’2
m2 p’2
Keterangan : Partikel 1 (proyektil), bertumbukan dengan
partikel 2 (target). Mereka berpencar setelah tumbukan dengan momentum p’1
dan p’2 dengan sudut 0’1
dan 0’2.
Dari gambar 1
tersebut kita pilih bidang xy sebagai
bidang dimana momentum awal dan akhir berada. Karena momentum merupakan vektor,
dan kekal, komponen-komponennya pada arah x dan y tetap konstan. Pada arah –x1,
P1x + P2x = P’1x P’2x
Atau
( Persamaan 16)
m1 v1
=
m1 v1 cos 0’1 + m2 v2 cos 0’2
karena pada awal tidak ada gerak pada arah y,
komponen y dari momentum total adalah nol :
P1y + P2y = P’1y P’2y
Atau
(Persamaan 17)
0
=
m1 v1 sin 0’1 + m2 v2 sin 0’2
DAFTAR PUSTAKA
1.
Giancoli, Douglas
C.2001, Fisika Jilid I (terjemahan),
Jakarta : Penerbit Erlangga.
2.
Halliday dan Resnick.
1991, Fisika Jilid I (Terjemahan),
Jakarta : Penerbit Erlangga.
3. Tipler,
P.A.1998, Fisika untuk Sains dan
Teknik–Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penebit Erlangga.
No comments:
Post a Comment